Arsitektur Nusantara

Rumah Adat Tradisional Lombok Berjiwa Arsitektur Nusantara





Hal lain yang cukup menarik diperhatikan dari rumah adat Sasak adalah pola pembangunannya. Dalam membangun rumah, orang Sasak menyesuaikan dengan kebutuhan keluarga maupun kelompoknya. Artinya, pembangunan tidak semata-mata untuk mememenuhi kebutuhan keluarga tetapi juga kebutuhan kelompok. Karena konsep itulah, maka komplek perumahan adat Sasak tampak teratur seperti menggambarkan kehidupan harmoni penduduk setempat (jiwa nusantatara).

ARSITEKTUR YANG DIWARISKAN

Perubahan pengetahuan masyarakat, bertambahnya jumlah penghuni dan berubahnya faktor-faktor eksternal lainya (seperti faktor keamanan, geografis, dan topografis) menyebabkan perubahan terhadap fungsi dan bentuk fisik rumah adat. Hanya saja, konsep pembangunannya seperti arsitektur, tata ruang, dan polanya tetap menalpilkan karakteristik tradisionalnya yang dilandasi oleh nilai-nilai filosofis yang ditransmisikan secara turun temurun.

Untuk memulai membangun rumah, dicari waktu yang tepat, berpedoman pada papan warige yang berasal dari Primbon Tapel Adam dan Tajul Muluq. Tidak semua orang mempunyai kemampuan untuk menentukan hari baik, biasanya orang yang hendak membangun rumah bertanya kepada pemimpin adat. Orang Sasak di Lombok meyakini bahwa waktu yang baik untuk memulai membangun rumah adalah pada bulan ketiga dan bulan kedua belas penanggalan Sasak, yaitu bulan Rabiul Awal dan Zulhijjah pada kalender Islam.

Selain persoalan waktu baik untuk memulai pembangunan, orang Sasak juga selektif dalam menentukan lokasi tempat pendirian rumah ( SITE ). Mereka meyakini bahwa lokasi yang tidak tepat dapat berakibat kurang baik kepada yang menempatinya. Misalnya, mereka tidak akan membangun tumah di atas bekas perapian, bekas tempat pembuangan sampah, bekas sumur, dan pada posisi jalan tusuk sate atau susur gubug. Selain itu, orang Sasak tidak akan membangun rumah berlawanan arah dan ukurannya berbeda dengan rumah yang lebih dahulu ada. Menurut mereka, melanggar konsep tersebut merupakan perbuatan melawan tabu (maliq-lenget).

BAHAN ATAU MATERIAL YANG DIGUNAKAN






ATAP

Atap pada rumah adat tradisional lombok atau sering disebut lumbung oleh masyarakat sasak. Kerangka atapnya terbuat dari bambu, bedek, dan papan kayu sebagai lantai sedangkan penutup atap nya terbuat dari jerami dan alang-alang


TIANG dan GELADAK

Pada umumnya tiang rumah adat tradisional lombok ini berjumlah empat yang fungsinya untuk menopang atap atau lumbung, bahan material dari tiang ini menggunakan kayu yang dilengkapi dengan ponadsi setempat, dimana menurut penelitian jenis struktur ini tahan terhadap gempa. sedangkan geladak terbuat dai bambu yang dibelah dan dihaluskan setelah itu di tata rapi.




LANTAI

Lantai rumah adat tradisional lombok itu adalah campuran dari tanah, getah pohon kayu banten dan bajur (istilah lokal), dicampur batu bara yang ada dalam batu bateri, abu jerami yang dibakar, kemudian diolesi dengan kotoran kerbau atau kuda di bagian permukaan lantai. Materi membuat lantai rumah itu berfungsi sebagai zat perekat, juga guna menghindari lantai tidak lembab. Bahan lantai itu digunakan, oleh warga di Dusun Sade.

Konstruksi rumah tradisional Sasak agaknya terkait pula dengan perspektif Islam. Anak tangga sebanyak tiga buah tadi adalah simbol daur hidup manusia: lahir, berkembang, dan mati. Juga sebagai keluarga batih (ayah, ibu, dan anak), atau berugak bertiang empat simbol syariat Islam: Al Quran, Hadis, Ijma’, Qiyas)

KESIMPULAN

Selain tempat berlindung dan bernaung, rumah juga memiliki nilai estetika, filosofi, dimensi sakral (suci) dan profan duniawi) secara bersamaan. Dan hanya dengan bahan seadanya tercipta suatu bentuk wujud arsitektur yang ramah lingkungan bukan wujud arsitektur yang merusak lingkungan

DAFTAR PUSTAKA
1. Sumber Gambar
    www.google.com " Rumah Adat Tradisional Lombok "
2. Sumber Literatur
     http://www.sasak.org/2012/03/12/rumah-adat-sasak/
   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar